Atonia Uteri: Pengertian, Gejala, Risiko, Penanganan
DokterSehat.Com – Apakah Anda ibu hamil yang sedang cemas akan terjadinya atonia uteri? Kecemasan Anda merupakan hal yang wajar karena atonia uteri adalah salah satu kasus yang cukup mengerikan bagi ibu hamil yang akan segera melahirkan. Atonia uteri ini bisa menyebabkan pendarahan post partum yang berakibat fatal bagi ibu.
Namun, sebaiknya Anda memahami lebih jauh tentang atonia uteri agar bisa dicegah saat nanti melahirkan. Oleh karena itu, baca terus informasi bermanfaat di bawah ini untuk mengetahui pengertian, gejala, faktor risiko, dan cara penanganan dari atonia uteri dan pendarahan post partum.
Pengertian atonia uteri
Atonia uteri adalah kegagalan otot-otot rahim untuk mempertahankan kontraksi setelah melahirkan bayi sehingga tidak dapat menekan pembuluh darah yang berada di tempat menempelnya plasenta.
Pengertian pendarahan post partum
Akibat dari kejadian atonia uteri adalah pendarahan post partum. Perdarahan post partum adalah pendarahan yang menyebabkan kehilangan darah lebih dari 500 mililiter setelah melahirkan plasenta. Jangan anggap remeh kejadian pendarahan post partum karena hal ini berpotensi menyebabkan kematian ibu setelah melahirkan.
Gejala atonia uteri dan pendarahan post partum
Gejala utama atonia uteri adalah rileksnya rahim dan tidak berkontraksi setelah melahirkan bayi. Kejadian atonia uteri ini diikuti dengan kejadian pendarahan post partum yang juga memiliki beberapa gejala.
Gejala pendarahan post partum:
- pendarahan yang berlebihan setelah melahirkan bayi,
- tekanan darah menurun,
- meningkatnya denyut jantung,
- menurunnya sel darah merah
- merasakan rasa sakit khususnya pada area tubuh bagian punggung
- nyeri di area vagina dan perineum
Baca juga: Cara Membedakan Menstruasi dengan Pendarahan Implantasi
Faktor risiko atonia uteri dan pendarahan post partum
Atonia uteri dan pendarahan post partum memiliki faktor risiko yang hampir sama. Faktor risiko dari atonia uteri merupakan faktor risiko dari pendarahan post partum juga. Sedangkan ada beberapa faktor risiko dari pendarahan post partum yang bukan merupakan faktor risiko atonia uteri.
Berikut ini adalah faktor risiko atonia uteri dan juga merupakan faktor risiko pendarahan post partum, di antaranya:
- preeklampsia
- plasenta previa
- endometrium tipis
- retensio plastenta rest
- persalinan lama atau cepat
- jarak kehamilan yang pendek
- gangguan gizi pada ibu hamil
- anemia selama masa kehamilan
- multiparitas (lebih dari 5 kali kehamilan)
- kelainan uterus seperti leiomiomata, kelainan kongenital
- rahim terlalu renggang akibat anak besar, hamil kembar, gemelli, hidramnion
Berikut ini adalah faktor risiko pendarahan post partum, di antaranya:
- infeksi
- kegemukan
- gangguan pembekuan darah
- penggunaan alat bantuan vakum
- memiliki latar belakang etnis Asia atau Hispanik
- robek pada area serviks atau vagina
- robek di area pembuluh darah uterus
- perdarahan di jaringan yang tersembunyi
- obat-obatan untuk menginduksi persalinan
- obat-obatan untuk menghentikan kontraksi (untuk persalinan prematur)
- plasenta akreta (plasenta melekat pada bagian dalam rahim)
- plasenta increta (jaringan plasenta menyerang otot rahim)
- plasenta percreta (jaringan plasenta masuk ke dalam otot uterus dan dapat menembus)
Penanganan atonia uteri dan pendarahan post partum
Baik atonia uteri maupun pendarahan post partum harus segera mendapatkan penanganan yang tepat. Apabila atonia uteri tidak segera diatasi maka akan terjadi pendarahan post partum yang membahayakan keselamatan nyawa ibu.
Penanganan atonia uteri dan pendarahan post partum
Atonia uteri dan pendarahan post partum bisa diatasi dengan beberapa cara penanganan di bawah ini:
1. Pijatan rahim/ uterus
Rahim akan mendapatkan pijatan yang melibatkan dokter kandungan Anda. Metode pijatan adalah dengan menempatkan satu tangan di vagina dan mendorong uterus sementara tangan yang lain menekan uterus melalui dinding perut.
2. Pemberian obat uterotonika
Penanganan atonia uteri adalah dengan memberikan obat-obatan jenis uterotonika. Oba-obatan jenis uterotonika seperti oksitosin, metilergonovin, dan prostaglandin.
3. Pemasangan infus dan transfusi darah
Pemasangan infus dan transfusi darah juga menjadi penanganan untuk atonia uteri dan pendarahan post partum. Hal ini bertujuan untuk tetap mengembalikan cairan tubuh dan volume darah yang hilang.
4. Embolisasi arteri uterina
Embolisasi artier uterina adalah tindakan menyuntikkan partikel kecil ke dalam arteri rahim yang bertujuan untuk memblokir aliran darah rahim.
5. Penggunaan balon Bakri atau kateter Foley
Penanganan atonia uteri juga bisa dilakukan dengan mengunakan kateter foley. Alat ini memiliki tujuan untuk menekan perdarahan di dalam rahim. Tim tenaga medis Anda juga bisa membungkus rahim dengan spons dan bahan steril jika balon Bakri atau kateter Foley tidak tersedia.
6. Laparotomi
Laparotomi adalah operasi untuk membuka perut untuk menemukan penyebab perdarahan. Setelah diketahui penyebab maka akan diketahui solusinya.
Baca juga: Mengalami Pendarahan Saat Hamil? Jangan Panik, Ini Tipsnya
7. Mengikat pembuluh darah
Saat tindakan laparotomi dilakukan, dokter akan menangani pendarahan dengan mengikat pembuluh darah yang berdarah. Ini dilakukan dengan menggunakan jahitan kompresi uterus, gel khusus, lem, atau kumparan.
8. Histerektomi
Histerektomi adalah operasi untuk mengangkat rahim. Histerektomi adalah cara penanganan yang terakhir dilakukan apabila penanganan yang lain tidak mampu menghentikan pendarahan post partum akibat atonia uteri.
Sumber:
- Ben Zion Taber. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi (Manual of Gynecologic and Obstetric Emergencies. Penerjemah, Teddy S dan Johanes G. Jakarta: EGC.
- Ida Bagus Gde Manuaba. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC
Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.